Ganbatte!!

"Ikatlah ilmu dengan menulis." #Ali bin Abi Thalib
Tampilkan postingan dengan label Teori Kritis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teori Kritis. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 November 2012

Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya




Riwayat Singkat

Jacques Derrida (1930–2004) adalah seorang filsuf Prancis, yang dianggap sebagai tokoh penting post-strukturalis-posmodernis. Derrida lahir dalam lingkungan keluarga Yahudi pada 15 Juli 1930 di Aljazair. Pada tahun 1949 ia pindah ke Prancis, di mana ia tinggal sampai akhir hayatnya. Ia kuliah dan akhirnya mengajar di École Normale Supérieure di Paris. Derrida pernah mendapat gelar doctor honoris causa di Universitas Cambridge. Ia meninggal dunia karena penyakit kanker pada 2004.

Derrida muda dibesarkan dalam lingkungan yang agak bersikap diskriminatif. Ia mundur atau dipaksa mundur dari sedikitnya dua sekolah, ketika ia masih anak-anak, semata-mata karena ia seorang Yahudi. Ia dipaksa keluar dari sebuah sekolah, karena ada batas kuota 7 persen bagi warga Yahudi. Meskipun Derrida mungkin tidak akan suka, jika dikatakan bahwa karyanya diwarnai oleh latar belakang kehidupannya ini, pengalaman kehidupan ini tampaknya berperan besar pada sikap Derrida yang begitu menekankan pentingnya kaum marginal dan yang lain, dalam pemikirannya kemudian.

Peran Media Massa Di Indonesia Sebagai Public Sphere






PERAN MEDIA MASSA DI INDONESIA SEBAGAI PUBLIC SPHERE



BAB I
PENDAHULUAN


Pembahasan public sphere pertama kali dibahas oleh Jurgen Habermas, generasi kedua dari Frankfurt School atau Mazhab Frankfurt. Menurutnya, public sphere merupakan suatu arena atau ruang di mana terdapat kebebasan dari intervensi, dan orang-orang yang ada di dalamnya terbebas dari ikatan atau pengaruh luar, terutama dari negara dan pemerintah. Habermas melakukan penelitian di berbagai tempat yang memang memiliki ruang publik, seperti di kafe-kafe di Jerman. Habermas (1997: 105) menyebutkan kriteria public sphere sebagai berikut:
A domain of our social life where such a thing as public opinion can be formed (where) citizens… deal with matters of general interest without being subjected to coercion… (to) express and publicize their views.

Jika dahulu Habermas mencontohkan praktek konkret public sphere dapat kita lihat di kafe, maka kemunculan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi, maka peran mereka menurut John Hartley (1992) telah tergantikan oleh media massa.