Bismillah...
Kali ini, saya ingin mencoba menjawab pertanyaan dari
seorang teman tentang sumber kebahagiaan. Ceritanya, sekitar 2 minggu yg lalu
kami iseng2 ngobrol ngolor-ngidul. Ketika perbincangan itulah, ada yang nyeletuk
jika kita punya banyak duit, niscaya hidup kita bakalan happy. Karena jaman sekarang, hampir segala sesuatunya bisa dibeli
dengan duit. Emang benar seperti itu? Tidak. buktinya, meskipun kita punya
banyak uang namun jika hidupnya sakit2an terus, apa bisa kita menikmatinya?
Nope.
Hm... so, apa dong sumber kebahagiaan itu sendiri?
Well, jawabannya mungkin rada panjang. Saya rangkum dari
berbagai sumber, cuma yg paling banyak yah dari ceramah dan artikel. Here we
go!
Yang namanya BAHAGIA itu dicari sama semua orang. Orang2 Islam
dan kafir sama2 mencari bahagia. Bahkan orang2 dari jaman dahulu kala juga
sudah menjerit2 pengen ketemu yang namanya kebahagiaan.
Dan
di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka." (QS. Al-Baqoroh:
201)
Jaman sekarang orang2 tetap mencari kebahagiaan ke mana2
hingga mereka tidak lagi peduli halal-haramnya. Anehnya, segitu banyaknya orang
yang mencari bahagia, namun tidak banyak yang menemukannya. Dikejar2, dicari2...
tapi bukannya bahagia yang didapat malahan susah. Tau tidak kenapa kita mencari
‘bahagia’, malah yang datang ‘susah’?
Apa kebahagiaan itu sudah habis, ato mungkin Allah yang
pelit tidak mau ngasih bahagia ke kita? Bukan kedua2nya. Tapi kitalah yang
salah mencarinya; mencari kebahagiaan bukan pada tempatnya.
Ibaratnya seperti ini:
Kebetulan saya orang sunda, dan rata2 orang sunda suka
makan ikan asin (tapi saya tidak). Nah, kalo makan tanpa ikan asin rasanya ada
yang kurang gimana gituh. Akhirnya ikan asin dicari2 sama banyak orang, tapi
tidak semua orang dapat ikan asin. Bukan karena ikan asinnya habis, air laut
kering, atau Allah yang pelit. Melainkan orang2 mencari ikan asin bukan pada
tempatnya; mereka malah membawa pancing dan jala ke Tangkuban Perahu! ~cape
deh~
So, bukan karena stok bahagia sudah habis ato Allah yang
tidak mau ngasih, tapi kitalah yang suka salah tempat mencarinya. Lantas di
manakah kebahagiaan itu sendiri?
Jawabannya simple, ada di keridhaan Allah swt.
Pertama, orang2 menyangka bahwa bahagia itu adanya di
duit, sampai2 tidak peduli status halal-haramnya. Toh, meskipun semua orang
mencari duit, tapi tidak semua berhasil mendapatkannya. Ketika berhasil dapat duit, lantas apakah kita bahagia? Belum tentu.
Yang kedua, orang2 menyangka bahwa bahagia itu adanya di
ilmu. Para orangtua bersusah-payah ingin menyekolahkan anak2nya setinggi
mungkin. Sampai2 suka ada cerita ketika si anak sedang ujian, maka dibiarkan
saja belajar yang tekun hingga melalaikan sholat. Yang penting dapat ilmu dan
nantinya lulus dapat gelar S1, S2, ato bahkan S3. Dapat ilmunya? Dapat gelarnya?
Ada yang dapat, ada yang tidak. Ilmu itu tidak diberikan buat semua orang. Tidak
sedikit juga profesor, yang konon gajinya besar, hidupnya penuh dengan
kesusahan, karena ilmu bukan sumber bahagia.
Yang ketiga, orang2 menyangka bahwa bahagia itu adanya di
pangkat atau jabatan. Bahkan orang2 jaman sekarang sudah sering berebut pangkat
dengan cara2 yang kotor, seperti KKN, fitnah, intimidasi, hasut, bahkan
menjilat agar mendapat pangkat dan kebahagiaan. Dapat pangkatnya? Mungkin. Dapat
bahagianya? Well, tidak sedikit orang yang tinggi pangkatnya, lebih besar pula
susahnya. Ko bisa gituh?
Yah, itu tadi... duit, ilmu, dan pangkat bukanlah sumber
bahagia. Mereka hanya berfungsi sebagai alat2 untuk mendapatkan kebahagiaan. Bahagia
itu sendiri adanya di keridhaan Ilahi. Ingat analogi mencari ikan asin. Ikan
adanya di laut, bukan di pancingan ataupun jala. Tapi kita pakai pancingan
untuk mencari ikan. Kalau tidak dapat, yah mungkin pakai jala.
Jadi, kita cari keridhaan Allah menggunakan duit. Kalo tidak
punya duit, pakai ilmu. Kalo tidak punya ilmu, pakai pangkat. Hm, bagaimana
jika kita miskin dan bodoh serta tidak punya pangkat? Yah, tetap cari
menggunakan kebodohan yang kita punya karena itu juga alat pancing.
Apa buktinya kalau kebahagiaan itu adanya di keridhaan Allah,
bukan di duit, ilmu, atau pangkat?
Ternyata... duit, ilmu, dan pangkat itu semuanya
diberikan sama Allah ke kita. Tapi ingat, kalo kita tidak kebagian, yah jangan
ngambek. Ko bisa? Karena duit, ilmu dan pangkat bukan buat semua orang! Perkara
yang bukan buat semua orang, dicari sama semua orang. Pas tidak kebagian, jadi
pada gila semuanya.
Yang Allah pasti kasih ke semua orang di dunia itu cuma dua:
1. Susah, 2. Bahagia
Dijamin kedua hal tersebut pasti dikasih rata ke semua
orang. Dari pencuri sampai ulama, semuanya kebagian bahagia. Dari koruptor
sampai Rasul, semuanya kebagian susah. Nah, kalo kebahagiaan yang diberikan ke
semua orang aja bisa sampai tidak dapat, maka batin kita harus menangis. Itu mungkin
pertanda kalau Allah marah.
Siapa aja dong yang dikasih duit, ilmu dan pangkat sama Allah?
Itu rahasiaNya. Kita diharuskan mencari ketiganya, namun ketika tidak kebagian
yah jangan ngambek karena ketiganya bukan perkara yang Allah berikan kepada
semua orang. Di sinilah celakanya kita, menyangka duit itu bakal diberikan buat
semua orang. Bukan, namun sekali lagi diingatkan bahwa kita wajib berusaha yang sebaik-baiknya untuk mendapatkan ketiganya. Jika ingin punya duit, yah kerja. Jika ingin berilmu, yah belajar. Jika ingin punya pangkat, yah berusaha. Kita punya hak untuk melakukan itu semua.
"Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang merubahnya." (QS. Ar-Ra'du: 11)
"Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang merubahnya." (QS. Ar-Ra'du: 11)
Kalau kita sudah sadar bahwa hakikat hidup seperti ini,
barulah bisa menikmati kebahagiaan. Allah yang menyuruh kita nyari duit, kalo
tidak dapat yah laporkan kepadaNya. Tetap berusaha meskipun seharian kita bekerja mencari duit namun akhirnya tidak dapat. Boleh tidak dapat duit, yang penting ada cukup beras dan nasi untuk makan. Bagaimana kalau tidak ada nasi buat makan? Alhamdulillah aja, yang penting sehat. Toh kita kerja banting tulang mencari duit sampai nasi, tujuan jangka pendeknya biar tetap sehat kan?
Simak bagaimana anak2 muda jaman sekarang berd’oa ke
Allah agar dikasih duit yang banyak. Buat ini, itu, dan yang pasti buat modal
nikah dengan wanita idamannya. Tau sendiri kan kalau wanita jaman sekarang
lebih suka sama duit biar lakinya seganteng apapun juga. Toh kalo Allah tidak
ngasih duit, yah alhamdulillah aja asalkan wanitanya mau dinikahin. Kalaupun Allah
tidak memberikan istri hingga kiamat, yah alhamdulillah karena timbangan di
akhirat bakal ringan; tidak apa2 tidak dikasih istri, asal dikasih mimpinya aja
tiap malam. Jangan salah sangka, mimpi jadi orang kaya loh. hehe
So, in conclusion, bukannya tidak boleh kita suka sama
duit, ilmu dan pangkat. Tetap kita harus serius dan bersungguh2 mencarinya, namun
di mana kita tidak kebagian yah jangan ngambek karena itu bukan tujuan utama dan
bukan buat semua orang. Ingat bahwa ketiganya hanya alat agar mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
It’s ok duitnya tidak dapat, yang penting bahagianya
dikasih. Mulai sekarang kita harus ubah pola pikir agar tidak money-oriented. Ingat,
kita suka mengira bahwa rejeki dan harta kepunyaan kita itu adalah apa2 yang
ada di dalam brankas atau buku tabungan. Jika kita sedang jalan dan tiba2
menemukan uang 20.000, maka sepuluh ribunya kita habiskan untuk makan dan
10ribu sisanya kita simpan, maka kita suka menyebut bahwa sisanya itulah harta
kita. Keliru...
Harta milik kita bukan yang seperti itu. Namun hakikat harta
milik kita sebenarnya adalah segala rejeki yang sudah dikasih dan kita habiskan
untuk mencari ridha Allah. Harta seperti itu tidak akan hilang hingga kiamat. Duit
1000 yang kita berikan kepada pengemis, itulah harta kita. Baju yang kita pakai
ketika sholat dan mengaji, itulah harta milik kita. Motor yang kita pakai buat
melakukan kejahatan, itulah harta milik kita.
“Barang
siapa berbuat kebaikan walaupun hanya sebesar biji zarah (atom), niscaya dia
akan melihat balasannya, Dan barang siapa yang berbuat kejahatan walaupun hanya
seberat biji zarah (atom), niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
Enak loh seumpamanya kita mendapatkan ridha Allah. Toh kan
pada akhirnya segala pertimbangan tentang tujuan hidup seorang Muslim akan
berujung kepada apakah yang kita lakukan dan apa yang kita gapai itu sesuatu
yang disukai atau diridhai Allah swt atau tidak. Kita sholat, bukan buat beli
surga. Kita puasa, bukan buat menghalangi dari neraka. Kita sholat, puasa,
zakat, dan haji itu bukan buat beli surga ataupun menghalangi dari neraka. Melainkan
karena memang kita diperintah sama Allah untuk melakukannya. Ko mau2nya kita
disuruh dan mengerjakannya? Kan biar dapat ridhaNya. Kalo Allah sudah ridha,
maka tidak akan ada perkara yang dimahalkan atau ditangguhkan. Semuanya akan
dikasih sama Allah. =)
Wallahu a’lam bishawab
ok... saya sudah baca... saya setuju kita hidup hanya untuk mencari ridho Allah...
BalasHapushari ini saya baru benar2 paham maksud dari tulisan mr. kuk, ketika seorang kawan bertanya pada saya, "rul knapa mau bekerja ditempat yang cuma ngasih gaji yang habis buat ongkos?" saya jawab "daripada saya diem di rumah gak ngerjain apa2 buang2 waktu sia2, mening kerja meski dengan gaji yang gak besar". nah tapi pas di angkot saya ingt tulisan mr. kuki.... di situ saya baru sadar harusnya saya menjawab " seorang kawan pernah berkata pada saya, bahwa uang itu bukan kebahgiaan, meski dengan gaji yang kecil tapi ketika Allah meridhoi apa yang kita lakukan maka kebahagian itu akan hadir dalam hidup kita, dan uang bukanlah menjadi ukuran untuk mendapatkan kebahagian, makanya ketika segala sesuatu yang kita lakukan tidak berdasarkan besaran uang atau apapun yang akan kita dapat dari yang kita lakukan itu, melainkan berdasarkan pada menacri keridhoan Allah, tak akn muncul pertanyaan mengapa mau melakukan pekerjaan yang tak menjanjikan gaji yang tidak besar. tapi ikhtiar tetap wajib, karena Allah senang dengan orang yang mau berusaha." harusnya saya jawab seperti itu...hehe... btw... makasih ya atas ilmunya ^^... zajakaAllah...
BalasHapusAlhamdulillah, ukhti. Asalkan kita sudah bisa paham teorinya, insya Allah kita dapat selalu dekat dengan kebahagiaan dengan senantiasa bersyukur apa yang kita miliki. Uang, ilmu & pangkat memang wajib kita cari, tapi kalo ngak dapat yah gpp karena ketiganya tidak dibagikan kpd semua orang. tapi percayalah, kalo hari ini kita sedih, maka janji Allah adalah benar bahwa di sana bahagia sedang menanti kita.
Hapusbersyukur saya masih dapat berbagi ilmu mumpung masih hidup. =)
keep istiqomah.
yupz,,, akhi...insyaAllah...
BalasHapustapi akhi ada kata2 yang saya kurang setuju, harusnya kata2 "karena ketiganya tidak dibagikan kpada semua orang" itu di lanjutkan dengan "kecuali pada orang2 yang mau berusaha, karena Allah tidak akn merubah keadaan suatu kaum, kecuali kaum itu merubah dirinya sendiri" kalo gak dilanjutkan menurut saya menyiratkan kalo Allah tidak ada untuk semua orang, padahal Allah ada untuk seluruh hambanya yang mau bersyukur dan berusaha... hehe.. maaf klo ada yang salah...hehe... ^^ ya janji Allah itu benar... tidak ada sedikitpun keraguan didalamnya...
ah, benar. takutny ada orang yg salah mengartikanny jd enggan berikhtiar. terima kasih atas masukanny. insya Allah ntar mau diedit. ^^
BalasHapus^^v
BalasHapus