Ganbatte!!
"Ikatlah ilmu dengan menulis." #Ali bin Abi Thalib
Minggu, 25 November 2012
Menulis Rindu
Ibarat kertas putih tak berwarna, kamu merasa sendiri
maka ku tulis kata yang terselip doa untukmu lagi dan lagi
kamu mungkin tak tahu, tapi namamu terlanjur menjadi puisi
Senin, 19 November 2012
Analisis Semiotik Puisi “ISA” Karya Chairil Anwar
ABSTRAK
Sebagai wacana
sastra, konteks penyampaian makna dari sebuah puisi selalu disampaikan secara
tersirat oleh penyair. Siratan makna terkadang disampaikan dengan lambang
(Semiotik). Pendekatan yang digunakan dalam puisi ini ialah pendekatan semiotik
menurut Riffaterre. Fokus pembahasan yakni pada hasil
analisis puisi yang berjudul “Isa”
karya Chairil Anwar dengan menggunakan pendekatan Semiotik Riffaterre.
Kata
Kunci : makna, puisi, semiotik
Minggu, 18 November 2012
Hujan... Dewi Bulan
Ada... banyak insan
yang menyukai hujan,
Termasuk aku.
Lantaran hujan, menjadi rintik temu antara aku dan kamu.
Kamis, 15 November 2012
Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya
Riwayat Singkat
Jacques Derrida (1930–2004) adalah seorang filsuf Prancis, yang dianggap sebagai tokoh penting post-strukturalis-posmodernis. Derrida lahir dalam lingkungan keluarga Yahudi pada 15 Juli 1930 di Aljazair. Pada tahun 1949 ia pindah ke Prancis, di mana ia tinggal sampai akhir hayatnya. Ia kuliah dan akhirnya mengajar di École Normale Supérieure di Paris. Derrida pernah mendapat gelar doctor honoris causa di Universitas Cambridge. Ia meninggal dunia karena penyakit kanker pada 2004.
Derrida muda dibesarkan dalam lingkungan yang agak bersikap diskriminatif. Ia mundur atau dipaksa mundur dari sedikitnya dua sekolah, ketika ia masih anak-anak, semata-mata karena ia seorang Yahudi. Ia dipaksa keluar dari sebuah sekolah, karena ada batas kuota 7 persen bagi warga Yahudi. Meskipun Derrida mungkin tidak akan suka, jika dikatakan bahwa karyanya diwarnai oleh latar belakang kehidupannya ini, pengalaman kehidupan ini tampaknya berperan besar pada sikap Derrida yang begitu menekankan pentingnya kaum marginal dan yang lain, dalam pemikirannya kemudian.
Peran Media Massa Di Indonesia Sebagai Public Sphere
PERAN MEDIA MASSA DI INDONESIA SEBAGAI PUBLIC SPHERE
BAB I
PENDAHULUAN
Pembahasan public sphere pertama kali dibahas oleh
Jurgen Habermas, generasi kedua dari Frankfurt School atau Mazhab Frankfurt.
Menurutnya, public sphere merupakan
suatu arena atau ruang di mana terdapat kebebasan dari intervensi, dan
orang-orang yang ada di dalamnya terbebas dari ikatan atau pengaruh luar,
terutama dari negara dan pemerintah. Habermas melakukan penelitian di berbagai
tempat yang memang memiliki ruang publik, seperti di kafe-kafe di Jerman. Habermas
(1997: 105) menyebutkan kriteria public
sphere sebagai berikut:
“A domain of our
social life where such a thing as public opinion can be formed (where)
citizens… deal with matters of general interest without being subjected to
coercion… (to) express and publicize their views.”
Jika dahulu
Habermas mencontohkan praktek konkret public
sphere dapat kita lihat di kafe, maka kemunculan media massa seperti surat
kabar, majalah, radio, dan televisi, maka peran mereka menurut John Hartley
(1992) telah tergantikan oleh media massa.
Senin, 12 November 2012
Paradigma PDKT
PDKT pada dasarnya proses yang asyik dalam memulai hubungan. Satu hal yang paling penting yang harus jadi dasar dalam melakukannya: bahwa PDKT itu adalah proses yang sifatnya mutual. Artinya PDKT itu dilakukan baik si cowo maupun cewe. Kalo cuma searah, misalnya si cowo aja, itu bukan PDKT tapi itu pengejaran. Dan saya rasa ngak ada cewe yang secara wajar suka dikejar-kejar, cape... ngos-ngosan.
Joyeux Anniversaire, Mon Amour
Kau adalah doa yang ku amini hingga waktunya tiba.
Meskipun hanya dibisikkan di hati, bukankah impian selalu didengarNya jika terus disertai dengan usaha dan do'a?
Menitipkan Cinta pada Tuhan
Kadang aku tahu, untaian kata-kata saja tak pernah cukup memberitahumu aku rindu. Karena Dewi Bulan bagiku bukan sekedar cinta, tetapi tentang masa depan...
yang akan terus ku perjuangkan.
Berjalanlah perlahan-lahan...
karena di sini ku bersabar, meyakini dan menitipkan cinta pada Tuhan.
Jum'at Barokah
Jum'at pagi ku beranjak pergi,
Lantaran rumah sedang direnovasi.
Rinduku pada taman bacaan UI,
Namun jarak membuat galau hati.
Ilmu itu Dekat
Jangan bosan, jangan jenuh...
Tetap semangat tanpa mengeluh.
Jadilah yang mampu bangkit tak terenyuh,
Ketika cobaan membuat kita terjatuh.
Akhir Yang Indah
Jika nantinya aku sudah yakin, maka seribu ragu pasti akan datang menderu,
Untuk itulah ilmu datang menghampiri, supaya jelas ke mana muara hati ini.
Ke rasa yakinku, bukan ke keraguanku.
Agar hidup ini mudah... agar hidup ini indah...
So Many Books, So Little Time
Terdiam sejenak di halaman ke sekian,
Teringat akan sesuatu yang merindukan,
Tanya muncul di antara diksi dan kenangan,
Termenung... sedang apa kiranya dewi bulan?
Taqobbalalloohu minna waminkum
Kesunyian di tengah keramaian takbir kemenangan...
Karawang, coklat panas dan novel setebal 800 halaman.
Dewi Bulan dan Teratai
Jika Dewi Bulan, punya banyak cerita tentang indahnya terang, maka gelaplah yang menampakkannya.
Jika Teratai, selalu melukis permukaan air, maka kelopaklah yang menudungi daunnya.
Berharap Hanya Kepada Allah
Berharap pada yang fana, hanya akan membuat kecewa...
Letakkan harapan kita, hanya kepada Yang Maha Sempurna.
- lesson of the week -
Kamis, 01 November 2012
Book Review: Guardian of Memories: Gardu in Urban Java
Title : Penjaga Memori - Gardu
di Perkotaan Jawa
(Guardian of
Memories: Gardu
in Urban Java)
Author :
Abidin Kusno
Publisher :
Ombak
Year of Publication :
2007
Page :
154 pages
Length :
20 cm
Summary:
Abidin Kusno is an
Associate Professor and Canada Research Chair in Asian Urbanism and Culture at
University of British Columbia in Vancouver,
Canada. His knowledge as an architect, artist, as well as cultural study master
has created this interesting book. Guardian of Memories: Gardu in Urban Java is
a non-fictional book, a typical of ‘travel & explore’ writing from one
gardu to another one combined with memoir of the author, that tries to reveal
deeply the politics purposes and the means of gardu itself throughout the
history of Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)