ABSTRAK
Sebagai wacana
sastra sufi, konteks penyampaian makna dari Gurindam Dua Belas sebenarnya telah
disampaikan secara eksplisit oleh sang penyair, Raja Ali Haji. Akan tetapi, siratan
pesan murni terkadang perlu disampaikan dengan memahami makna teks (semantik),
baik secara sintaksis ataupun pragmatis. Pemaknaan yang digunakan dalam gurindam
ini ialah pemaknaan semantik secara
kontekstual dan referensial. Fokus pembahasan yakni pada hasil analisis Gurindam
Dua Belas karya Raja Ali Haji dengan menggunakan pendekatan semantik.
Kata
Kunci : semantik, gurindam dua belas,
kontekstual & refensial
“Ah, cinta selalu saja
misterius.
Jangan diburu-buru,
atau kau akan merusak jalan
ceritanya sendiri.”
(Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau
Merah")